Sabtu, 22 Desember 2018

Kala Aman dan Tertib Berkendara Menjadi Budaya Baru di Kampung Berseri Astra

Desember 22, 2018 10 Comments
Memasuki salah salah gerbang Kampung Safety Honda Kelurahan Pandean Lamper, saya didera rasa penasaran. Sekilas memang tidak ada yang berbeda dengan kampung-kampung lainnya. Namun saat berkeliling kampung, saya mendapati beberapa rambu peringatan layaknya di jalan raya. 
Rambu-rambu di 45 titik Kampung Safety Honda (dok.pribadi)
Di antaranya peringatan berkendara di kampung dengan kecepatan maksimal 20 km/jam, pengendara wajib punya SIM dan mampu mengemudi dengan baik, peringatan untuk konsentrasi berkendara tanpa telepon genggam, dan lainnya. 
Saya memutuskan untuk mendatangi kantor kelurahan. Persis di depan kantor kelurahan Gapura bertulis Selamat Datang Kampung Safety Honda Pandean Lamper Kampung Berseri Astra makin menegaskan bahwa tempat ini menjadi pelopor budaya aman berkendara. 
Gapura Kelurahan Pandean Lamper (dok. pribadi)
Rasa penasaran membawa saya menjumpai sang penggagas. 
Adalah Lukman Muhajir, SH., sosok dibalik Kampung Keselamatan Berkendara. Kecintaan pada lalu lintas dipupuk sejak aktif kegiatan ekstra kurikuler PKS (Patroli Keamanan Sekolah) di bangku sekolah. Resah mendera saat melihat angka kecelakaan di daerah sekitarnya meningkat. 
Usai mengikuti Seminar Safety Riding dan sosialisasi Undang-Undang Nomor 22/2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan di USM tahun 2010, maka Muhajir-begitu sapaan akrabnya- akhirnya mengawali gagasan untuk mengaplikasikan safety riding dalam dalam bentuk kampung. 
Gayung bersambut tatkala konsep laboratorium pembelajaran moral dengan mengedukasi masyarakat terkait tertib lalu lintas sejalan dengan Astra, menjalin kerjasama mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas, dan produktif. Kerjasama ini membuahkan sebuah Kampung Berseri Astra dengan tema Indonesia Ayo Aman Berlalu Lintas. 
Lukman Muhajir (dok. pribadi)
Muhajir yang berprofesi sebagai pengacara ini pun menjelaskan 5 Tahapan Program Aman Kampung Safety Honda yang meliputi : 1. Program warga aman 2. Program kampung aman 3. Program motor aman 4. Program warga peduli 5. Program bina keselamatan 
Struktur organisasi dibentuk. Sebagai penanggung jawab I Lurah Pandean Lamper, penanggung jawab II Lukman Muhajir, SH, sementara Pembina dipegang AKP Kalimi, serta dari Astra Honda Suko Edy. Perangkat dibawahnya meliputi Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Bendahara. Dilengkapi Team Warga Aman, Team Kendaraan Aman, Team Lingkungan Aman, dan Team Peraturan Aman. 
Lurah Pandean Lamper, Wiwara Mardikanti
Program Warga Aman
Untuk mewujudkan program warga aman diadakan penyuluhan dan ketrampilan safety riding. Di ranah bocah dan orang tua diadakan parenting dan edukasi. Edukasi anak usia dini dengan adanya taman lalu lintas di halaman PAUD Kartini area kelurahan. Kesadaran berlalu lintas langsung dipraktekkan. Anak-anak mengendarai otopet lengkap dengan jaket dan helm. Mereka membawa pin untuk dicocokkan pada rambu yang terpasang di tembok. 
Rambu-rambu di Taman Lalu Lintas (dok. pribadi)
Sementara orang tua duduk lesehan di balai kelurahan mendengarkan penjelasan tatanan lalu lintas sehat dengan narasumber Ibu Badriah Nurdin.
Warga pun diajarkan berkendara meliputi cara berkendara yang baik, peragaan dan pelatihan untuk pembuatan SIM C, serta kemahiran melintasi rintangan yang dibuat  di pelataran kelurahan. 

Program Kampung Aman
Yaitu dengan menciptakan kampung aman dan nyaman melalui pembuatan dan pemasangan plang etika berlalu lintas dan rambu kecepatan. Pemasangan rambu-rambu di 45 titik di seluruh wilayah kelurahan. Majalah dinding sebagai sarana menyampaikan informasi keselamatan kampung safety pun didirikan. 
Program Motor Aman
Tak hanya masyarakat yang diedukasi, namun motor pun mendapat jatah untuk dirawat. Melalui bengkel keliling, Astra memberikan service motor gratis dan mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Sembari menunggu servis motor, masyarakat bisa menambah khasanah pengetahuan di pos baca Kampung Safety Honda. Di dalamnya dapat ditemui buku bacaan, spanduk berisi rambu-rambu lalu lintas, dan LCD. Pengunjung bisa mampir untuk membaca atau melihat tayangan ringan tentang keselamatan berkendara. 
Pos Baca, Alat Peraga Rambu Lalin, dan Buku Bacaan (dok.pribadi)
Program Warga Peduli
Usai edukasi, diharapkan warga menularkan virus positif tentang keamanan berkendara melalui media sosial atau kampanye saat program car free day. Sehingga lebih banyak lagi masyarakat tahu dan terpapar virus budaya aman berkendara. 
Keseriusan masyarakat ikut andil dalam menciptakan kampung tertib lalu lintas pun disepakati dalam ikrar warga kampung safety Honda. 
Piagam MURI dan Ikrar Warga (dok.pribadi)
Program Bina Keselamatan
Diwujudkan dengan menciptakan kompetisi safety riding dan diharapkan warga belajar dan menjaga etika hingga muncul budaya baru, budaya aman berkendara. 

Sebagai bentuk apresiasi, kepolisian memberikan piagam penghargaan kepada Kelurahan Pandean Lamper dalam rangka Road Safety Partisipasi Pembentukan Kampung Tertib Lalu Lintas. Sementara apresiasi lain juga datang dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) yang menganugerahkan Kelurahan Pandean Lamper Semarang sebagai Kampung yang Membudidayakan Keamanan dan Keselamatan dalam Berkendara (Kampung Safety Riding) Pertama di Indonesia. 
Muhajir selaku penanggung jawab II dalam struktur organisasi Kampung Safety Riding Mandiri menegaskan, budaya keselamatan berkendara tumbuh dari bawah, melibatkan kedisiplinan masyarakat dan melebar pada lingkungan sekitar sehingga menjadi pelopor ketertiban dan keselamatan berlalu lintas. Hasilnya? Angka kecelakaan menurun, kesadaran akan keselamatan berlalu lintas meningkat. 

Siang menjelang, Pak Muhajir berangkat menunaikan sholat Jumat. Saya pun bergegas pamit, meninggalkan balai kelurahan. Tepat di depan saya berdiri saya menyaksikan seorang pengendara melambatkan laju motor saat mendekati zebra cross, seorang ibu menepikan motornya dan memilih berhenti untuk menerima telepon, sementara lalu lalang kendaraan tak melebihi batas yang ditentukan. Masyarakat sadar akan keselamatan diri sendiri, karena itulah yang menjadi inti perubahan.

Dari kampung ini saya belajar tentang semangat perubahan. Bermula dari gagasan sederhana, melahirkan sebuah perubahan yang luar biasa kini dan di masa selanjutnya.

Senin, 17 Desember 2018

Belajar Menerjemahkan Buku Anak pada Lokakarya Penerjemahan Buku Anak

Desember 17, 2018 1 Comments
Akhir November 2018 Pusat Studi Literasi Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) bekerja sama dengan Litara dan Let’s Read Asia menggelar acara Membaca Dunia Anak: Lokakarya Penerjemahan Buku Anak. Kegiatan ini diikuti oleh 60 peserta yang dinyatakan lolos seleksi. Alhamdulillah, saya bisa menjadi salah satu peserta. 
Saat pertama kali membaca pengumuman, sebenarnya muncul keraguan ikut seleksi karena persyaratannya harus menyerahkan tiga naskah terjemahan dengan pilihan bahasa Inggris- Indonesia- Jawa. Saya memilih menerjemahkan tulisan berjudul: Granada dan Ulang Tahun Deden serta sebuah puisi Blitar. 
Eva Nukman
Kegiatan selama dua hari ini bertempat di Auditorium Gedung Rektorat Lantai 11 Unesa kampus Lidah Wetan.

Usai pembukaan, dilanjutkan penjelasan mengenal The Asia Foundation (TFA) dan Let’s Read oleh Aryasanti Sintadewi. Sementara Eva Nukman mengenalkan Litara sebuah lembaga yang peduli dengan bacaan anak, For Children and The Love of Reading.

Pada sesi penerjemahan buku anak, Eva Nukman yang juga sekaligus penerjemah profesional membedah hal-hal yang berkaitan dengan penerjemahan, buku anak, penerjemahan buku anak, dan pembahasan sampel.

Dari penjelasan beliau, ternyata buku anak dan penerjemahan buku anak bukan perkara sepele. Sebuah buku anak dikatakan baik jika isinya menyenangkan, mengandung amanat atau pesan secara halus dan tidak menggurui, memukau, merangsang daya pikir dan imajinasi serta memiliki elemen-elemen bacaan yang baik seperti visual, literer, dan kualitas informasi. Dalam menerjemahkan buku anak  perlu diingat bahwa: jangan meremehkan teks pendek di buku anak, serta jangan beranggapan bahwa melihat kamus adalah tabu.

Lantas mengapa perlu ada penerjemahan buku anak?

Alasannya adalah biaya produksi lebih murah, ilustrasi buku asing lebih menarik dan lebih bagus, buku asing lebih meyakinkan daripada buku lokal, belum ada buku sejenis di Indonesia, dan mengikuti tren.

Untuk menjadi penerjemah literatur anak perlu diingat bahwa buku anak bukan perkara main-main, think twice it’s children book. Maka perlu tahu cara dan syaratnya mengingat tidak ada cara mudah menjadi penerjemah.
Cara dan syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah pengetahuan dan ketrampilan, profesionalisme, sarana/prasarana, yang tak kalah penting adalah membangun jejaring atau networking.
Suasana workshop penerjemahan buku anak
Usai membedah dunia penerjemahan buku anak, giliran peserta mendapat tugas menerjemahkan cerita yang ada di Let’s Read Asia. Saya berada di grup 5 dengan arahan mentor Dina Begum, seorang penerjemah profesional.

Semula saya beranggapan, menerjemahkan hanya sekedar menyulih kata. Tapi ternyata tidak sesederhana itu. Sekali lagi, ini buku anak. Sementara bahasa Jawa yang digunakan pun harus dipahami anak. Berkali-kali saya harus mengingatkan diri sendiri: Ini buku anak, lo! Anak-anak yang akan membaca, bukan orang tua!
Pantas saja jika Romo Mangun Wijaya bahkan menegaskan: Dalam ranah tulis menulis, paling sulit adalah menulis cerita anak dan yang paling mudah adalah menulis skripsi.

Tiap peserta mendapat cerita yang berbeda dengan level yang berbeda pula untuk diterjemahkan dalam bahasa Jawa. Saya mendapat teks tentang seorang anak yang mendengar suara aneh di tengah malam, serta seorang anak lelaki yang mendapati semua benda-benda di sekitarnya berubah saat bangun tidur. Menarik!
Kelompok 5 Mentor Dina Begum
Di hari kedua, usai mendapat penjelasan dari Ahnan Alex, ketua Perhimpunan Penerjemah Indonesia Cabang Jawa Timur, sesi penerjemahan dilanjutkan kembali. Sebagian peserta menyunting hasil terjemahan, sebagian lagi menambah bahan bacaan untuk diterjemahkan. Seru! Ada rasa penasaran sekaligus prihatin karena ternyata bahasa Jawa menjadi bahasa yang kian asing.

Semoga pada kesempatan mendatang lebih banyak lagi buku-buku yang bisa diterjemahkan dalam bahasa daerah dan terbukanya kesempatan untuk menikmati bacaan anak. 

Kamis, 29 November 2018

Menikmati Inspirasi dalam Seporsi Ayam Rekoso

November 29, 2018 2 Comments
Ke Surabaya naik kereta 
Singgah sebentar ke Lamongan 
Ku sapa engkau saudara 
Meski hanya lewat tulisan 
Itu pantun bukan sekedar pantun basa basi, karena pada dasarnya saya memang mampir ke Lamongan sebelum ke Surabaya. 
Mumpung singgah sesaat di kota Lamongan, afdholnya menyantap kulinernya. Maksud hati ingin menikmati soto Lamongan yang terkenal enak, apa daya saya malah diajak makan ke kedai kekinian Ayam Rekoso di Jl. Kombespol M Duriyat Lamongan. 

Saat pertama membaca namanya, saya malah mikir kok dinamakan Ayam Rekoso, sih? Bukankah nama adalah doa? Ternyata saya malah mendengar cerita yang mengasikkan dibalik nama Ayam Rekoso. 
Sekilas nampak bahwa kedai ini membidik pangsa anak muda. Hal ini bisa dilihat dari warna-warna cerah dan berani, tulisan-tulisan inspiratif, menu yang akrab di lidah anak muda jaman now serta yang terpenting adalah free wifi. Meski membidik kaum muda, bukan berarti orang tua tidak bisa menikmati kuliner kekinian. Siapa saja bisa ikut mencicip menu yang ditawarkan. 

Sambil menunggu pesanan, saya menyapu sudut ruangan. Tulisan di dinding sebelah kiri meja kasir menarik perhatian: Diskon 10% bagi yang sedang berbuka puasa Senin – Kamis. Sementara tulisan lain berbunyi berbunyi : Anak Yatim Piatu silahkan makan gratis di sini. Konsep berbagi sepertinya menjadi nilai tambah bagi sang pemilik kedai. Di sisi kanan meja tertulis : Utamakan Sholat 5 waktu, dan kepuasan Pelanggan. Saya menyimpulkan bahwa sesibuk apapun urusan kita, jika undangan menuju kemenangan telah dikumandangkan maka waktunya untuk bersujud. 
Di dinding lain terpampang tulisan dalam bahasa Jawa : Sopo Wani Rekoso Bakal Nggayuh Mulyo, yang saya terjemahkan siapa yang berani/ mau bekerja keras akan meraih kehidupan mulia. Dari tulisan ini saya mulai mengerti bahwa kedai ini mengingatkan konsumennya bahwa bekerja keras akan menghasilkan kehidupan yang baik dan berkah. 

Tulisan di dinding seberang pun tertulis dalam bahasa Jawa tak kalah menarik: Witing Tresna Jalaran Saka Kulina, Witing Mulyo Jalaran Saka Rekoso. Kalimat ini saya artikan cinta tumbuh karena terbiasa. Sementara kalimat dibawahnya artinya sekilas sama dengan kalimat di seberang, hidup mulia bisa diraih karena usaha/ kerja keras. Saya pun mulai mengambil kesimpulan bahwa kedai ini pun adalah salah satu ikhtiar atau usaha giat dari sang pemilik untuk meraih kehidupan yang lebih baik. 

Nek Lagi Rekoso, ojo ngersula. Lakonono lan Dungo’o wae seng Luwih Becik, Jika hidupmu sedang susah payah, jangan mengeluh, jalani saja sambil berdoa untuk kehidupan yang lebih baik. 
Duh membaca kalimat ini saya menjadi paham bahwa kehidupan akan makin bertambah berat jika kita banyak mengeluh. Andai pun kita mengeluh, berkeluh kesahlah pada Allah dengan berdoa. InsyaAllah akan meringankan dan mendapat jalan keluar yang baik. Sungguh inspiratif. Sejalan dengan apa yang telah difirmankan dalam Al Quran : Sungguh beserta kesusahan ada kemudahan, sungguh beserta kesusahan ada kemudahan. 

Tulisan paling besar terpampang di depan meja saya. Seluruhnya ditulis dalam bahasa Jawa. Jika konsumen mengerti kata-kata yang ditata membentuk tanda cinta, maka akan lebih mudah memahaminya. 
Sambil berusaha menyelami kata-kata itu, akhirnya pesanan datang. Saya menikmati sajian ayam geprek dan ayam bakar. Rasanya enak, dan porsi mengenyangkan. Dan yang penting seperti salah satu jargonnya : selera bos harga anak kos. Harga terjangkau tapi tidak mengkhianati rasa. 
Karena nyaris semua tulisan di dinding menggunakan bahasa Jawa, maka harga menu yang ditawarkan pun berbahasa Jawa. Ayam bakar madu : 16 ewu, ayam geprek sambal bawang 10 ewu. Unik! 

Dari cerita seorang kenalan ternyata si empunya memang menempuh jalan terjal dan berliku yang disertai usaha keras hingga meraih sukses dengan membuka 3 kedai Ayam Rekoso. Nama Rekoso pun ternyata berasal dari kata Re-kembali, Koso- Yang Kuasa. Kembalikan semua kepada Yang Kuasa. Wah! 
Gagal menikmati soto Lamongan tak jadi soal, sebagai gantinya saya bisa menikmati inspirasi dalam seporsi Ayam Rekoso.

Senin, 23 Juli 2018

Launching Kawasan Agribisnis Pertanian Perkotaan

Juli 23, 2018 3 Comments
Aktivitas ibu-ibu yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Purwosari seminggu ini berbeda dengan hari-hari biasa. Jika acara rutin mereka adalah pemeliharaan dengan menyiram, pemupukan, pembibitan dan menyiangi gulma serta sesekali penyuluhan, maka seminggu ini rutinitas menjadi padat. Mulai dari bersih-bersih, menata tanaman, membuat media pembibitan, memercantik area tanam serta menata area pameran dan penjualan hasil pertanian. Ada apa ya? 
Ulala…ternyata Senin, 23 Juli 2018 Kelurahan Purwosari Kecamatan Semarang Utara tepatnya KWT Purwosari yang berpusat di Patriot RT 02/06 ketiban sampur menjadi tuan rumah Launching Kawasan Agribisnis Pertanian Perkotaan, dengan mengangkat tema Pengembangan Kawasan Agribisnis Pertanian Perkotaan Guna Memperkuat Ekonomi Kerakyatan Berbasis Keunggulan Lokal di Kota Semarang. 
Launching Agribisnis Kawasan Pertanian Perkotaan
Acara ini digelar Dinas Pertanian Kota Semarang dan dihadiri oleh Pengurus Tim Penggerak PKK se-Kota Semarang, Camat Semarang Utara, Lurah se Kecamatan Semarang Utara, Kelompok Tani dan Kelompok Wanita Tani Pertanian Perkotaan se Kota Semarang serta tamu undangan. 
Dalam sambutannya, Walikota Semarang yang diwakili oleh Ibu Ayu Entis menyatakan bahwa dalam melaksanakan program pembangunan lima tahun (2016-2021) Pemerintah Kota Semarang memiliki 4 misi. Utamanya misi ke 4 yaitu memperkuat ekonomi kerakyatan berbasis keunggulan lokal dan membangun iklim usaha yang kondusif. Terkait dengan hal tersebut KWT Purwosari dipandang memiliki komitmen untuk mewujudkan penguatan dan peningkatan perekonomian melalui pengembangan kawasan agribisnis pertanian perkotaan atau Urban Farming. 
Model Pertanian Perkotaan
Usaha ini memang patut diacungi jempol mengingat luas lahan pertanian di Kota Semarang sangat terbatas. Namun hal ini bukan menjadi kendala untuk memaksimalkan lahan sempit menjadi area usaha tani hortikultura dan komoditas pertanian lainnya. Hasilnya? Luar biasa. Khusus KWT Purwosari yang terbilang masih kinyis-kinyis alias baru, berhasil menyabet juara 3 lomba Pertanian Perkotaan se Kota Semarang. Dan untuk lebih mengenalkan kiprah KWT Purwosari pada masyarakat, maka dalam rangka launching agribisnis pertanian perkotaan, para pengurus dan penggiat Kelompok Wanita Tani Kelurahan Purwosari juga diundang untuk berdialog di salah satu stasiun televisi swasta Semarang, TVKu. 
Manfaat yang bisa diperoleh dari agribisnis perkotaan atau urban farming ini antara lain dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, mampu mendukung penyediaan alternatif pangan organik yang berkualitas serta memberikan nilai estetika pada lingkungan. Hal ini pula yang mendukung mengapa agribisnis pertanian perkotaan di kelurahan Purwosari bisa menjadi percontohan untuk bisa ditiru dan diaplikasikan oleh seluruh kelurahan di Kota Semarang. 
Pemotongan Untaian Melati oleh Ibu Tia Hendrar Prihadi
Usai peresmian Pengembangan Kawasan Agribisnis Pertanian Perkotaan yang ditandai dengan pemotongan untaian bunga melati oleh Ibu Tia Hendrar Prihadi, dilanjutkan dengan peninjauan beberapa area pameran seperti area percontohan pembenihan, pembibitan, dan pemasaran hasil. Selain itu juga disediakan klinik konsultasi agribisnis pertanian perkotaan KWT Purwosari. 
Tamu undangan bisa melihat dan menanyakan langsung tentang proses pembenihan, pembibitan serta model pertanian perkotaan yang dikembangkan seperti vertikultur, hidroponik dan aquaponik. Sampai di area pemasaran, rasanya tak kuasa untuk tidak membeli produk pertanian organik yang dipamerkan, seperti lady finger (okra), tomat, bawang merah, cabai, teh naga dan aneka hasil pertanian lainnya dengan harga terjangkau. 

Beberapa tamu juga membeli beberapa tanaman seperti jambu, selada, seledri, dan lainnya untuk ditanam sendiri di rumah atau digunakan sebagai percontohan. 
Meski acara telah usai menjelang tengah hari, namun ibu-ibu dan beberapa tamu undangan masih nampak penasaran dan hilir mudik untuk memborong bibit tanaman yang unyu-unyu yang ditanam di polybag mungil. 
Penggiat KWT Purwosari
 Semoga semangat KWT Purwosari menular juga ya pada KWT lainnya serta masyarakat pada umumnya. Semangat ya Ibu-Ibu hebat!

Kamis, 17 Mei 2018

Mapag Sasi Pasa

Mei 17, 2018 2 Comments
Nuwun, 
Nyuwun pangapunten amargi ing kalodangan punika anggenipun matur lumantar basa Jawa sanajan namung basa Jawa ngoko. Babagan kasebut tuwuh nalika ningali regengipun acara mapag sasi siyam. Wonten ingkang nyadran, tampi pengaosan ujubipun ruwahan, punjungan, lan adicara khas Kutha Semarang Dugderan. Punika atur kula. 
Mapag wulan pasa, saperangan warga merloake nyadran utawa sadranan. Miturut ngendikane wong tuwa, nyadran utawa sadranan asale saka tembung sodrun tegese ati utawa eling. Nyadran wujude tilik kubur, nyekar, lan ndongake marang arwah kang wis sumare. Kanthi nyadran diajab supaya wong kang isih urip eling menawa mbesuk uga bakal ngalami mati. 
Nyadran diadani ing wulan Ruwah miturut penganggalan Jawa utawa Sya’ban miturut penanggalan Islam utawa Hijriyah. Dene ruwah asale saka tembung arwah, tegese ruh. Mula ing sasi ruwah ditindaake nyadran minangka kanggo kirim donga kanggo arwah kang wis tinimbalan ing ngarsa Allah Subhanahuwata’ala.
Ing wewengkon ing sakiwa tengenku, ing sasi ruwah wong-wong giliran kepanggonan pengajian saperlu ruwahan ujube kirim donga. Ing kalodangan kasebut ora lali disuguhake panganan kayata apem, pasung, ketan, gedhang raja lan kolak. 

Jajanan Ruwahan
Prasasat saben omah suguhane jajanan kuwi. Kala-kala ditambahi ager-ager, bolu utawa panganan liyane. Saka saperangan katrangan kawuningan menawa panganan utawa jajanan kasebut ora angger digawe, nanging duwe makna. 
Apem iku salah sawijine panganan kang digawe saka glepung beras. Tembung apem asale saka basa Arab afuwwun, tegese pangapura. Mula apem minangka simbol pangapura. Malah ana kang ngandarake menawa apem mujudake payung kanggone arwah. 
Ewondene pasung yaiku panganan kang wujude kerucut lan diwungkus nganggo godhong gedhang. Pasung minangka kanggo teken. Pasung uga digawe saka glepung beras. 
Pasung
Saliyane iku ketan minangka kanggo ngraketake antarane arwah lan keluargane lan gedang raja minangka kendaraane arwah. Kabeh mau ancase kanggo nguri-uri budaya lan mujudake sodaqoh. 
Mapag sasi pasa ana uga kang paring atur-atur marang sesepuh kang diarani punjungan. Wong enom munjung wong tuwa. Sedina sadurunge pasa, wong tuwaku diaturi punjungan arupa sega,opor lan sambel goreng. 

Punjungan Mapag Tanggal
Jaman saiki utawa kerep diarani jaman now kang modern lan individualis, arang-arang wong munjung. Kamangka punjungan iku mujudake bekti wong enom marang wong tuwa. Ora among anak marang bapa biyung ananging iso uga murid marang guru. Utawa sapa bae nom-noman marang para sepuh. 
Menawa panjenengan kleresan mampir Kutha Semarang, ana adicara tradisi kang wis kawentar nalika mapag sasi pasa, yaiku dugderan. Tembung Dhugdher asale saka Dhug mujudake swara bedug yen ditabuh:dhug-dhug. Dher saka swara mercon mbledhos dher! 
Udarakara seminggu utawa rong minggu sadurunge pawai dhugdheran, saperangan bakul dolanan dodolan ing sakiwa tengen dalan. Menawa taun-taun kepungkur para bakul nggelar dagangan ing sacedake pasar Johar, Yaik lan Kauman. Nanging taun iki dipindahake ing wewengkon relokasi pasar Johar sacedake Masjid Agung Jawa Tengah. Apa wae dodolane? Prasasat dolanan kanggo bocah-bocah. Ana lemah pecah maneka warna, celengan, timbangan, kapal-kapan, mobil-mobilan kayata bis dan trek cilik, gangsingan, lan sapiturute. Saliyane dolanan, hiburan liyane uga digelar kayata ombak banyu, undar, tong setan lan sapanunggalane kayadene pasar malem. 

Dolanan ing Dhugdheran
Tahun iki pawai dhugdheran diadani dina Selasa Kliwon 29 Sya’ban 1439 H utawa 15 Mei 2018. Sedina sadurunge yaiku tanggal 14 Mei diadani karnaval mapag Ramadhan dene pelajar ing Kutha semarang, mapan ing Lapangan Simpang Lima. Karnaval Dhugdheran diwiwiti saka Balaikota Semarang ing dalan Pemuda tumuju menyang Masjid Agung Kauman, lang pungkasane ing Masjid Agung Jawa Tengah. 
Sanajan wis nemoni jaman now, muga-muga nom-noman saiki ora lali nguri-uri budhaya jaman old kang adhi luhung. 
Sugeng nindaake ibadah Ramadhan. 
Foto :Pribadi, Endang Sapti Poernomo

Rabu, 16 Mei 2018

Nonton Karnaval Budaya Menyambut Ramadhan 1439 H

Mei 16, 2018 0 Comments

Senin, 14 Mei 2018. Jam tujuh pagi, kendaraan mulai padat merayap. Macet. Sebagian ruas jalan ditutup dan dialihkan ke ruas jalan lainnya. Saat berhenti di lampu bangjo, tiba-tiba serombongan siswa sekolah dasar menyapa saya. Dengan santai saya mengeluarkan ponsel dan mengabadikan keceriaan anak-anak dalam angkot. Yeee…kita difoto, teriak mereka. Sambil memegang hiasan berwarna putih hijau, mereka berpose riang. Ada apa dengan Senin pagi ini? 

Tapi, begitu melihat hiasan yang mereka bawa, baru deh nyadar. Hari itu Semarang punya gawe Karnaval Budaya menyambut Ramadan 1439 H. Ulala…. 


Daripada pecah konsentrasi mata ke jalan dan ke arah keramaian, akhirnya saya langsung nyemplung ke lapangan Simpang Lima. 


Wow….ribuan siswa berkumpul dengan aneka busana daerah dan hiasan warna-warni. Hiruk pikuk suara anak-anak, teriakan mayoret, anak-anak dan para guru yang berswafoto, bahkan seorang ibu yang tengah mewanti-wanti anaknya: jangan lupa senyum, jangan lupa dadah-dadah sama pak wali menjadi bumbu penyedap karnaval. Semakin ke tengah lapangan, serasa berada di belantara bunga manggar dan tentu saja ikon pada pawai menyambut Ramadan 1439 H : Warak Ngendog. 


Nah untuk hewan imajiner ini, maka pada pawai kali ini saya menemukan berbagai bentuk warak ngendog. Ada warak ngendog berbadan gemuk, langsing maupun kerempeng. Ada warak berbahan styrofoam, kardus, bambu, rotan. Warak ngendog pun berbalut kertas warna warni, kertas motif batik dan cat berbagai warna. 

Soal endog (telur), sebagian besar warak tidak dilengkapi endog, tapi beberapa warak punya telur emas, telur perak bahkan ada telur dari bola plastik yang biasa digunakan main bola. Maklum, sebentar lagi perhelatan besar piala dunia bakal digelar. 

Tahun ini karnaval mengambil tema “Dugderan membangun kebersamaan dan Kerukunan Mewujudkan Semarang Hebat” yang diikuti sekitar 12 ribu siswa di lingkungan Kota Semarang. Tema ini mewujud dalam berbagai busana daerah yang ditampilkan, aneka keseniah yang dihadirkan. Beberapa siswa membawa papan bertulis Kita Satu Bangsa, Harmony in Diversity, Peace in Diversity, Kita Bersaudara, di belakangnya pasukan pembawa kentongan. Beberapa kontingen membawa kembang manggar berhias lampion, dan penampilan anak-anak berbusana tokoh agama. Kesenian naga raksasa yang identik dengan perayaan imlek juga ditampilkan salah satu sekolah dasar lengkap dengan tetabuhan. 


Tampilan lain yang mencuri perhatian adalah ide kreatif menggunakan pakaian berbahan bekas bungkus kopi, permen, kertas koran, sedotan, tas kresek warna-warni dan bahan lain yang di daur ulang menjadi busana mewah. Sementara beberapa anak yang tergabung dalam marching band malah menggunakan kaleng bekas, galon air minum, serta galon cat. 


Yang tak kalah menarik adalah adi busana yang digunakan beberapa anak yang mengambil tema flora dan fauna. Ditambah riasan wajah yang menunjang penampilan. Maka jangan ditanya penampilan artis cilik ini makin memesona. 


Tak mau kalah dengan para siswa dengan busana daerah, beberapa guru pun ikut serta mengenakan busana wayang dan tokoh punakawan, Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong lengkap dengan riasan bedak putih dan lipstick merah. Wow… 


Di antara belantara kembang manggar dan warak ngendog, eh ketemu juga usungan yang berbeda. Gajah!. Di belakangnya beberapa guru dan anak mengenakan topi dengan hiasan kepala gajah. Oh, ternyata peserta karnaval dari Gajah Mungkur. Gajah berwarna hitam dengan hiasan kertas berkilat-kilat . Dibalik punggung gajah menempel boneka anak lelaki berbaju hitam. Tak cukup dengan gajah hias, di belakangnya Masha pun menyampaikan salam : Sambut Ramadhan dengan Senyuman. 







Marhaban Ya Ramadan!

Kamis, 19 April 2018

Ngangsu Ilmu di Lokakarya Imsakiyah Ramadhan 1439 H

April 19, 2018 8 Comments

sumber:MoonConnection.com
Rabu 18 April kemarin, saya mengikuti Lokakarya Imsakiyah Ramadhan 1439 H/ 2018 M yang diselenggarakan oleh LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) bekerja sama dengan Program Studi Magister Ilmu Falak Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Walisongo Semarang. Acara ini diadakan di ruang sidang Pasca Sarjana kampus 1 UIN Walisongo. 
Jujur saja saya minder banget duduk di antara mahasiswa S1, S2, dan S3 yang didominasi jurusan Ilmu Falak. Selain mahasiswa hadir pula tamu undangan yang berasal dari dinas terkait seperti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) lingkup kota Semarang, Pengadilan Agama, perwakilan Kantor Wilayah Kementrian Agama Jawa Tengah, wakil Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan Pimpinan Cabang Nahdhatul Ulama, media cetak dan media elektronik. Maka jadilah saya “pupuk bawang” di acara nan ilmiah ini. 
Tapi demi ngangsu kawruh tentang imsakiyah ini, enyah dulu deh rasa mindernya. 

Rektor UIN Walisongo
Acara dimulai pukul 9 pagi. Usai pembukaan dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua LPPM UIN Walisongo, Sholihan. Dalam sambutannya ketua LPPM ini menyatakan bahwa lokakarya yang diselenggarakan menyambut bulan Ramadhan 1439 H, untuk memberi informasi mengenai penentuan awal Ramadhan serta jadwal sholat. 
Rektor UIN Walisongo, Muhibin, dalam sambutannya menyatakan bahwa lokakarya imsakiyah adalah sebuah tradisi yang diselenggarakan oleh UIN Walisongo. Acara ini diselenggarakan rutin setiap tahun dan diharapkan menjadi rujukan bagi masyarakat khususnya Jawa Tengah dalam mengetahui waktu sahur, berbuka serta jadwal sholat. Usai sambutan rektor, acara dilanjutkan dengan penyampaian materi dalam dua sesi. Sesi pertama diisi oleh mahasiswa S2 Ilmu Falak, M. Farid Azmi yang menyampaikan Metode Hisab berdasar Kitab Ad Durrul Aniq. Sementara M. Syaoqi Nahwandi menyampaikan materi Pengaplikasian Algoritma Jean Meeus dalam Hisab Awal Waktu Sholat. 

Pada sesi kedua diisi oleh Slamet Hambali dan Ahmad Izzudin. Slamet Hambali yang merupakan dosen sekaligus praktis Ilmu Falak di kampus UIN Walisongo menjelaskan jadwal imsakiyah untuk Ramadhan 1439 H serta waktu sholat yang dihitung dari berbagai ketinggian. 
Sementara Ahmad Izzudin, Ketua Prodi S2 Ilmu Falak menyampaikan materi Jadwal Imsakiyah yang Berbasis Unity of Science. Sebagai pengantar Ahmad Izzudin menyampaikan bahwa setiap memasuki awal puasa Ramadhan masyarakat seringkali mendapatkan banyak selebaran jadwal imsakiyah dengan berbagai sponsor, namun tidak jelas sumber yang bertanggung jawab. Mengingat jadwal imsakiyah ini penting untuk digunakan sebagai pedoman memulai waktu puasa dan mengakhiri puasa di samping di dalamnya terdapat jadwal shalat lima waktu yang ditambah awal waktu dhuha dan terbit matahari. Dengan demikian maka mendasari imsakiyah yang dapat dipertanggungjawabkan menjadi sebuah kebutuhan yang tidak bisa diabaikan. 

Dalam paparannya, Izzudin juga menambahkan beberapa poin penting bahwa lokakarya adalah sebagai bahan evaluasi dan kalibrasi : 

  • Lokakarya imsakiyah sebenarnya hanya cukup untuk evaluasi data jadwal shalat yang ada.
  • Mengingatkan kepada masyarakat muslim untuk melakukan kalibrasi terhadap jam dinding yang dipergunakan untuk jadwal imsakiyah. Karena perbedaan kumandang azan sebagai tanda awal masuk waktu shalat yang berbeda-beda di masyarakat tidak seutuhnya karena perbedaan menggunakan sumber jadwal shalatnya.
  • Konten yang dirumuskan dapat mengayomi masyarakat muslim yakni terkait pedoman baku yang harus dipertimbangkan dalam membuat jadwal imsakiyah.
Dan simpulan awal bulan Ramadhan 1439 H menurut kriteria MABIMS adalah Kamis Pahing, 17 Mei 2018. namun kepastiannya tetap menunggu sidang itsbat pemerintah

foto:UIN WALISONGO
 Acara ditutup dengan sesi foto bersama pemateri dan seluruh peserta lokakarya
Alahmdulillah, meski ilmu saya sangat cetek dan terbatas namun lokakarya ini menambah khazanah pengetahuan bagi saya. Semakin saya belajar, semakin saya sadar masih banyak ilmu yang belum dipelajari.

Rabu, 11 April 2018

Sate Jamur, Ketika Jamur Tiram Bersalin Rupa

April 11, 2018 0 Comments


Sekali tempo jamur tiram bersalin rupa. Yang semula putih bersih bersalin menjadi coklat.menggoda. Soal rasa jangan ditanya. Enak, gurih, kenyal sekaligus empuk.

Melalui kegiatan pelatihan pengolahan makanan sehat dan bergizi yang diselenggarakan di balai Kelurahan Purwosari, jamur disulap menjadi menu sehat nan lezat. Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan ibu-ibu di wilayah Kelurahan Purwosari, sebagai usaha untuk pemberdayaan perempuan. Selain itu melatih ibu-ibu untuk mengenalkan variasi olahan bahan pangan menjadi menu sehat. Ke depannya bisa juga dijadikan bisnis yang menjanjikan.

Ada tiga bahan pangan yang diolah menjadi menu istimewa. Ketiga bahan utama ini mudah diperoleh di pasar tradisional dengan harga yang relatif terjangkau. Selain itu, bumbu yang dipakai juga mudah didapatkan, enggak neko-neko. Tiga bahan tersebut adalah jamur tiram, bandeng, dan jagung. Jamur tiram bersalin menjadi sate jamur, bandeng dimasak menjadi otak-otak bandeng, sementara jagung manis diolah menjadi puding jagung. Peserta yang mengikuti pelatihan dikelompokkan berdasarkan undian. Dan alhamdulillah, saya kebagian untuk menjajal membuat sate jamur. Sesuatu yang baru bagi saya.


Bahan dan cara pengolahan sederhana. Bahan utamanya yaitu jamur tiram. Untuk bumbunya terdiri atas kacang tanah (digoreng), gula jawa, gula pasir, bawang putih, bawang merah, cabe rawit hijau/ merah, kecap, garam secukupnya dan tentu saja tusuk sate dan arang untuk membakar.

Cara pembuatannya, jamur dicuci bersih lalu ditiriskan. Kukus jamur selama ± 10 menit. Setelah sepuluh menit, angkat lalu tiriskan lagi sembari diangin-anginkan agar kandungan airnya berkurang. Tunggu sampai dingin. Jamur yang telah dingin lalu dipotong memanjang dan ditusuk dengan tusuk sate. Agar jamur tidak terlepas saat dibakar, maka saat saat menyusun irisan jamur pada tusuk sate dengan cara diputar, sehingga hasilnya lebih rapi. Setelah itu sate dikukus kembali selama ± 30 menit lalu angkat dan tiriskan kembali. Tunggu sampai dingin.



Sambil menunggu jamur dingin, siapkan bumbu kacang. Caranya, kacang tanah goreng, cabe dan bawang putih digiling halus lalu direbus dengan air. Tambahkan gula jawa, gula pasir, dan garam. Masak sampai bumbu matang sempurna, atau sekitar 20 menit, lalu dinginkan.

Nah, saatnya mengeksekusi menjadi sate jamur.


Ambil sedikit bumbu kacang, encerkan dengan sedikit air. Celupkan sate lalu bakar sambil dibolak-balik agar tidak gosong. Bakar sampai setengah matang. Dinginkan. Setelah itu, celupkan kembali pada bumbu yang agak kental, tambahkan sedikit kecap lalu bakar kembali sampai matang dan berwarna kuning kecoklatan. Sate jamur tiram siap disajikan bersama sambal kacang atau bisa juga dengan sambal kecap.


Sebenarnya jarum tiram cukup akrab dengan kita. Jamur ini sering dijumpai sudah dalam bentuk kemasan dan dijual dengan harga yang terjangkau. Jamur tiram merupakan jenis jamur yang memiliki ciri berwarna putih, ukurannya cukup lebar, dengan sedikit cekungan di tengahnya. Jamur ini dimanfaatkan sebagai bahan pangan, diolah menjadi jamur crispi (keripik jamur), tumis jamur maupun sebagai bahan sup dan tentu saja sate jamur.

Jamur tiram banyak dibudidayakan pada media tanam serbuk kayu. Banyak sumber menyebutkan manfaat jamur tiram sebagai bahan pangan sumber protein, penurun kadar gula, anti alergi, dan manfaat kesehatan lain. Segudang manfaat jamur tiram didukung dengan inovasi dan kreasi dalam mengolah jamur tiram, menjadikan jamur ini sebagai salah satu menu andalan makanan sehat bergizi dan tentu saja lezat.

Penasaran ingin mencoba mengolah jamur tiram menjadi sate jamur? Mangga....

Selasa, 27 Februari 2018

Menyelaraskan Suasana, Menaikkan Mood

Februari 27, 2018 0 Comments
Angka. Bukan sekedar susunan 0 sampai 9. Lebih dari itu, hampir semua aspek kehidupan berhubungan dengan angka. Demikian juga warna, bukan sekedar hitam dan putih. Jika angka yang kadang njelimet membuat mood saya berkurang, maka bermain warna bisa menyelaraskan mood. Apa sebab? Aktivitas harian saya berhubungan dengan angka. Hitungan matematika adalah salah satunya. Untuk yang satu ini, dituntut kejelian dan ketelatenan agar soal yang sedang dikerjakan menemukan jawaban. 



Penggunaan alat bantu hitung memang diperlukan untuk mengecek kebenaran hitungan. Pada beberapa kesempatan kegiatan belajar mengajar bersama sahabat kecil saya, terkadang jawaban yang saya peroleh berbeda dengan mereka, maka alat bantu hitung adalah rujukan terakhir.

Akivitas lain yang berhubungan dengan angka adalah khazanah pengetahuan baru bagi saya. Belajar menghitung dengan merode ephemeris untuk memperkirakan terjadinya gerhana, waktu sholat, awal dan akhir bulan menurut kalender Komariah. Hitungan ini sepenuhnya menggunakan alat bantu hitung, kalkulator. Sengaja tidak menggunakan bantuan aplikasi, agar kemampuan menghitung bisa terasah. Bayangkan! Hitungan yang saya hadapi bukan sekedar penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dari kombinasi angka 0 sampai 9. Tetapi hitungan yang melibatkan sinus, cosinus, tangent, cotg. Selain menghapal rumus, juga menghapal istilah yang mengharuskan berkali-kali membuka buku. Interpolasi, fraksi iluminasi, sabak bulan, sabak matahari, asensio rekta dan istilah lain yang masih asing di telinga. 

Nah, aktivitas seperti ini akan terasa monoton, menjemukan apalagi jika tak juga berhasil menemukan jawaban, fyuh bisa uring-uringan. Maka perlu kiat-kiat yang membuat hitungan menjadi sesuatu yang menyenangkan. 

Sumber : Casio
Pernak-pernik Alat Tulis yang Menarik 
Saat duduk di sekolah menengah pertama, seorang guru menganjurkan untuk menggambar kartun, mewarnai, dan menyampuli buku dengan warna dan gambar yang menarik. Buku pekerjaan rumah yang semula putih bergaris hitam pun berangsur berwarna. Gambar kartun kecil di sudut kiri atas lembar buku pun menjadi magnet tersendiri saat belajar. Waktu berlalu, kini pernik alat tulis tak lagi monoton. Cover buku yang menarik, garis-garis berwarna, dan lembaran putih berhias gambar. Bentuk yang menarik ini pun mampu menaikkan mood dan hitungan tak lagi membosankan. 



Tempat Kerja yang Tidak Monoton 
Menghitung memang pekerjaan yang membutuhkan keseriusan. Tetapi bukan berarti tegang. Bisa-bisa emosi yang muncul. Nah, saya biasa bekerja dengan meja lipat pendek. Jika ingin menghitung atau menulis sambil nonton tivi, tinggal menggelar meja di depan tivi. Menghitung sambil melihat hilir mudik orang lewat, tinggal memindah meja ke ruang depan. Kemana pun mood membawa, dituruti saja. Lipat meja, lalu gelar di tempat yang mengasyikkan. Aktivitas nomaden ini bisa mengatasi kejenuhan. 

Camilan-camilan 
Bukan wajib, tapi harus. Haha...Saya menyediakan toples kecil. Isinya bisa bermacam. Kadang permen, kacang, atau kriuk-kriuk lain. Bahkan ubi jalar goreng, tempe mendoan atau tempe gembus juga menemani. Mengapa? Kadang saat sedang asyik menulis atau menghitung kita lupa mengisi perut. Selain makan (jika sudah waktunya lapar), bisa jadi camilan menjadi pendamping yang asyik. Tapi jangan terlalu banyak. Maka sediakan toples atau wadah kecil. 



Stop! Waktunya Istirahat 
Stop! Beri waktu otak dan badan untuk istirahat. Terkadang rasa penasaran karena hitungan salah melulu membuat saya penasaran. Kok enggak ketemu sih jawabannya. Padahal sudah dihitung sesuai rumus, diulang berkali-kali masih salah juga. Nah ini pertanda waktunya istirahat. Dipaksa-paksakan juga tak tetap tak menemukan jawaban. Tutup buku, bangkit lalu mengerjakan aktivitas rumah lain. Berapa lama? Sesuaikan dengan kondisi dan mood. Badan segar, berpikir pun lancar. 

Kiat-kiat sederhana itu memang bisa membuat suasana hati lebih menyenangkan. Mood memang mempengaruhi aktivitas, apalagi saya. Moody, tergantung kondisi dan situasi. Mirip dengan yang disebutkan dalam KnowYourColour. Ungu! Unik dan punya karakter yang berubah-ubah secara drastis. 
Hmm... ngomongin warna dan angka, sepertinya tak bisa jauh-jauh dari Casio. Dan kali ini CASIO My Style menambah koleksi dengan beragam warna. Sebagai Colorful Calculator, pilihan warna bisa disesuaikan dengan keinginan kita. Bagaimanapun warna mempengaruhi psikis.



Menurut sebuah sumber, ungu merupakan warna dingin yang memberikan suasana sejuk. Warna ungu menciptakan perasaan tenang dan aman
Nah, jika kamu penasaran dengan warna warni Casio Colorful Calculator, bisa cek mataharimall.com dan gunakan promo kode CASIOBLOGND91Y85. Pilih warnanya dan bawa pulang. #CasioMyStyle