Sabtu, 05 September 2020

Saya ke Cimory, Kamu Mau Kemana?

September 05, 2020 5 Comments
Saya ke Cimory, kamu mau kemana? Kalau memang belum ada tujuan, ikut yuk ke Cimory. 
Memang sih saat ini kita berada di era Adaptasi Kebiasaan Baru. Tapi, jika kita patuhi aturan protokol kesehatan, insyaAllah aman kok.
Cimory on The Valley (foto:dok.pribadi)

Dari melihat tayangan iklan susu di televisi, terbitlah keinginan untuk piknik ke Cimory on The Valley yang berkonsep wisata edukasi. Bayangan semula hanya rekreasi hore-hore, eh ternyata malah lebih. Lebihnya, bisa mengenal beberapa jenis sapi perah, melihat-lihat hewan ternak, memberi makan beberapa hewan peliharaan, naik kuda, keliling dunia (keren to), membeli aneka buah tangan, dan tentu saja ritual cekrak-cekrek untuk dipamerkan di jagad maya. 
Cimory on The Valley. Jaraknya dekat saja, sekitar 25 km dari pusat Kota Semarang, tak lebih dari satu jam berkendara. Tidak perlu mblusuk-mblusuk karena lokasinya berada di pinggir jalan raya, tepatnya di Jl. Sukarno Hatta Km 30, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. 
foto:dok.pribadi
Begitu memasuki pintu masuk, kita disapa oleh deretan sapi Ayrshire, Frisian Holstein, dan Guernsey. Species sapi perah penghasil susu berkualitas. Pihak pengelola menambahkan keterangan yang tertempel di kandang berupa jenis sapi, jumlah susu yang dihasilkan, negara asal, dan berat ideal sapi. Jadi kita tidak sekedar melihat sapi, tapi bisa nyuplik pengetahuan tentang si moo. 
Sapi Frisian Holstein (foto : dok.pribadi)
Selanjutnya berjalanlah menuju kandang-kandang kecil tempat beberapa hewan dipelihara. Jika biasanya hanya bisa melihat dari gawai, sekarang bisa melihat hewannya secara langsung. Rusa, ayam Poland, ayam kapas, kura-kura, dan masih banyak lagi. Eit, jangan lupa. Perhatikan juga larangan yang tertera. Jangan terlalu dekat dengan burung unta dan kuda. Cukup melihatnya dari jarak aman. Kalau penasaran dengan telur burung unta, tak perlu memegangnya. Lha wong telurnya nyaris sebesar bola voli. Dilihat dari jauh pun bisa. 
Rumah Hobbit (foto:dok.pribadi)
Puas melihat aneka hewan peliharaan, kita akan berkunjung ke rumah hobbit. Tak perlu lama-lama, si empunya rumah tidak tinggal di situ. Kita cukup berfoto saja lalu melanjutkan perjalanan dengan memberi makan beberapa hewan, seperti domba dan kelinci. Lucuk. Terutama domba ekor gemuk yang ekornya menggemaskan. 
Mini Mania (foto:dok.pribadi)
Lanjut, kita keliling dunia ya. 
Jika rumah pacarmu dekat dan hanya perlu lima langkah dari rumah. Maka kita akan keliling dunia, cukup tiga puluh menit kalau mau. Tapi kalau masih kepingin berlama-lama, boleh juga. Dimana lagi kalau bukan di Mini Mania. 
Beberapa bangunan ikon dunia (foto: dok. pribadi)
Area ini menyuguhkan miniatur bangunan dari 5 benua. Sebut saja patung Merlion, gedung Opera House, patung Liberty, Piramida, Spink, menara Eiffel, dan lainnya. Pengunjung pun bisa bernostalgia dengan kotak telepon negeri Ratu Elizabeth, si kotak merah yang ikonik. Di tiap-tiap anjungan, pihak pengelola menambahkan keterangan tentang sejarah bangunan megah tersebut. 
Jadi, siapkan kamera dan pose yang fotogenik ya. Abadikan seluruh bangunan. Elus-elus, sambil melambungkan harapan di suatu saat nanti kita bisa berkunjung ke bangunan aslinya. Eh siapa tahu, cara kuno ini berhasil.
foto:dok.pribadi
Sebelum meninggalkan Cimory, mampir dulu untuk membeli buah tangan. Banyak pilihan yang bisa dibawa pulang. Susu, permen, jajan khas Kabupaten Semarang. Aneka boneka binatang pun tersedia. 
foto:dok.pribadi
Nah, berhubung kita masih berada di era Adaptasi Kebiasaan Baru, ada baiknya kita peduli dengan protokol kesehatan saat kita berada di luar rumah khususnya saat berwisata. Tentunya pastikan kondisi tubuh sehat. Jika tubuh sehat, puaslah hati menjelajahi area. Cek suhu tubuh terlebih dahulu. Jangan lupa selalu kenakan masker. Setelah memegang permukaan benda, usaplah tangan dengan hand sanitizer, namun akan lebih baik lagi jika membasuh tangan dengan sabun dan air yang mengalir. Kita pun harus menjaga jarak aman, tidak perlu uyel-uyel an. Areanya luas kok. 
Sumber: Kemenkes RI
Meski pihak pengelola sudah melakukan protokol kesehatan dengan menyediakan tempat cuci tangan dan kontrol suhu tubuh, namun butuh kesadaran diri juga to? 
Bagiamana? Kepingin ke Cimory juga? Yo wis, berangkat kuy
Selamat berwisata. Indonesia, bagus! 

Kamis, 03 September 2020

Kebelet Piknik? Yuk ke Candi Gedongsongo

September 03, 2020 2 Comments
Kebelet piknik? 
Kalau memang sudah kebelet piknik dan sudah tidak bisa ditahan lagi, yuk jalan-jalan ke kawasan Bandungan. Menguapkan penat dan jenuh setelah beberapa bulan melakukan aktivitas dari rumah. Memang sih, ada tour virtual. Tapi ya itu, lagi asyik-asyiknya nonton eh ditelikung sinyal dan berhitung dengan kuota. Makanya, kebeletnya tidak bisa dituntaskan.
Berhubung saat ini masih berada pada masa adaptasi kebiasaan baru, maka tujuan wisata yang paling cocok adalah wisata di alam terbuka. Dan wisata sejarah adalah salah satu alternatif yang menyenangkan. Mari mengusir bosan sembari menabung kenangan. Kita ke Candi Gedongsongo ya.... 

Candi Gedong Songo 
Situs Candi Gedongsongo berlokasi di Dusun Darum, Candi, Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Butuh waktu sekitar satu jam berkendara dari ibukota Jawa Tengah. Kompleks candi ini berdiri di atas bukit yang mempunyai ketinggian antara 1200-1300 meter dpl. Tak heran hawa sejuk langsung menyergap saat memasuki kawasan ini. 
Pintu gerbang kompleks candi Gedongsongo (foto pribadi)
Candi Gedongsongo masuk dalam cagar budaya berdasar Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI No PM24/PW.007/MKP/2007. Sebagai bangunan cagar budaya maka keberadaannya dimanfaatkan untuk kepentingan agama, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan pariwisata. 
Merunut keterangan, Candi Gedongsongo merupakan candi Hindu berdasarkan ciri arsitekturnya. Kompleks Candi Gedongsongo terdiri lima kelompok candi yang terpencar-pencar, yaitu candi I, II, III, IV, dan V. Penomoran berdasar letaknya yaitu mulai dari yang terendah sampai candi yang tertinggi. Candi I, II, IV, dan V masing-masing terdiri atas satu candi. Sedang candi III terdiri atas tiga candi. Bahan pembuatan candi berupa batu andesit, namun pada Candi II, IV, dan V batunya agak putih, kemungkinan dipengaruhi oleh belerang, mengingat lokasi candi tersebut berdekatan dengan mata air panas. Aih, ternyata untuk menentukan suatu candi yang dianggap sudah tua, patokannya adalah apabila candi tersebut memiliki bentuk tambun dengan memakai hiasan yang lebih sederhana. 

Kelompok Candi I. Berada pada ketinggian 1260 m dpl. Letaknya paling dekat dengan pintu masuk Kompleks Candi Gedongsongo. Kelompok Candi I hanya terdapat sebuah bangunan yang masih utuh dengan arah hadap ke barat. 
Candi Gedong I (foto:pribadi)
Kelompok Candi II. Letaknya 1270 m dpl, letaknya sekitar 337 m ke arah barat laut kelompok Candi I. Ada dua buah Candi yaitu Candi IIA yang terbesar dan Candi IIB yang berhadapan dengan Candi IIA. Namun bentuk bangunan Candi IIB tidak diketahui karena yang tersisa hanyalah bagian batu saja. 

Kelompok Candi III. Berada pada ketinggian 1298 m dpl, jaraknya 118 m dari Candi II. Terdiri atas 3 bangunan candi yang masih utuh yakni Candi IIIA, IIIB, dan IIIC. Candi IIIA bangunannya paling besar menghadap barat. 

(foto:Emi Tri)
Kelompok Candi IV. Berada pada ketinggian 1300 m dpl, jaraknya 220 m ke arah barat kelompok Candi III. Berdasar susunan bangunannya kelompok Candi IV dibagi menjadi 2 bagian yakni bagian utara dan bagian selatan. Bagian utara terdiri 4 bangunan dan di bagian selatan terdapat 9 bangunan. Bangunan yang masih berdiri utuh di antara kedua bangunan tersebut adalah bangunan di bagian selatan yang merupakan candi induk kelompok IV. Candi induk inilah yang disebut sebagai Candi IV. 

Kelompok Candi V. Berada pada ketinggian 1310 m dpl, berjarak kurang lebih 507 dari kelompok Candi I. Pada kelompok Candi V terdapat 2 buah halaman yang tidak sama tingginya. Pada halaman pertama terdapat 2 reruntuhan candi yang posisinya mengapit satu candi yang masih berdiri. Sementara di halaman kedua terdapat 3 reruntuhan candi. 

Untuk bisa masuk kawasan candi pengunjung cukup merogoh kocek Rp 10.000,oo/orang dan bisa menikmati keindahan dan keagungan peradaban masa lampau ini dari jam 08.00 – 17.00 
Candi Gedong I
Sedikit tips, karena jalanan menuju candi cukup menanjak, hindari memakai alas kaki berhak tinggi. Dan karena jarak antar candi lumayan jauh maka perlu stamina ekstra untuk bisa mengunjungi seluruh candi. Namun jika ingin menghemat tenaga, pengunjung bisa menyewa kuda mengelilingi area candi. Menyenangkan, bukan? 

Hal lain yang perlu diperhatikan, saat mengunjungi kawasan cagar budaya ini kita harus tetap menjaga kebersihan, tidak diperkenankan memanjat bangunan candi, tidak melakukan aksi corat-coret, dan tidak merokok. 

Ayanaz
Masih di kompleks Candi Gedongsongo, ada area spot foto cantik : Ayanaz. Diluncurkan pada pertengahan tahun 2018, tak butuh lama untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Apalagi kalau bukan untuk pepotoan. Nyaris setiap pengunjung melakukan ritual cekrek-cekrek. Wajar jika slogan “Tak Ada Tempat Seindah Ayanaz” tertulis di dekat pintu masuk. 
Ayanaz (foto:pribadi)
Biaya masuk spot foto Ayanaz Rp 20.000,oo untuk dewasa, sementara anak-anak dipungut tarif Rp 10.000,oo (th 2019). Buka sejak pukul 8 pagi hingga 5 sore. Di dalam area ini terhampar bermacam spot foto yang memanjakan. Sangkar (dome), balon udara, gelembung balon, underwater sofa dan lainnya. Khusus untuk gelembung balon, dikenakan biaya tambahan Rp 5.000,oo.Setiap spot foto di Ayanaz ditata apik dan kekinian. Apalagi balon udara warna-warni bak berada di Cappadocia Turki.
Spot foto bubble (foto:pribadi)

Spot foto balon udara (foto:pribadi)
Sedikit tips, jika ingin mendapatkan foto yang bagus disarankan datang pagi karena cahaya mentari tidak terlalu menyilaukan. Jadi posemu lebih cantik tertangkap layar kamera. 
Oiya, karena semakin siang pengunjung semakin banyak dan ingin mengabadikan setiap spot foto yang tersedia, maka diperlukan tepa slira. Bergantian ya dalam menggunakan wahana yang ada. 
(foto:pribadi)
Dan yang perlu diingat, pandemi belum berakhir. Meski keran wisata sudah mulai dibuka, bukan berarti pengunjung merasa bebas dan seenaknya lalu abai dengan protokol kesehatan. Tuntaskan saja rasa kebeletnya dengan berwisata namun tetap menjaga gaya hidup sehat dan mematuhi aturan kesehatan saat berada di luar rumah apalagi saat berwisata. Yakni selalu mengenakan masker, mengecek suhu tubuh, mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir, menjaga jaga jarak aman, dan siapkan juga hand sanitizer. Akan lebih baik jika mengenakan busana lengan panjang. 
Selamat bertamasya. Indonesia, bagus! 
sumber:Kemenkes RI